Saat anak berbohong, sebenarnya ia sedang menggunakan cara ini sebagai jalan keluar dari masalah yang ia hadapi. Orangtua perlu tahu masalah yang sedang dihadapi anak, jadi sebenarnya bukan tentang bohongnya itu sendiri. Bantu anak untuk bisa memiliki kemampuan memilih jalan keluar dari masalah selain dengan cara berbohong. Berikut ini 20 poin sebagai pertimbangan.
1
Hindari pertanyaan “kenapa” karena menciptakan situasi tegang untuk anak dan orangtua.
2
Bertanya “kenapa” mendorong anak untuk berbohong lagi karena ingin memberi jawaban yang ‘benar’ dan ‘diterima’.
3
Pastikan kita dalam keadaan tenang.
Jelaskan fakta kebohongan anak dengan tenang agar anak merasa tidak terlambat untuk jujur.
4
Ungkapkan fakta yang Anda tahu.
“Gelas mama pecah …” .
“Bu guru menelepon …”.
5
Hindari memulai dengan ‘label’.
“Kamu memang pembohong …”
6
Hindari memulai dengan ceramah.
“Tuhan tidak suka anak yang pembohong …”
7
Hindari memulai dengan jebakan.
“Lihat ini, Mama sudah buktikan ini …”
8
Bila ada fakta yang belum Anda tahu, tanyakan pada anak.
Ajak anak ‘membongkar’ kebohongan.
9
Tunjukkan alternatif pemecahan dari masalah yang menyebabkan kebohongan.
10
Tunjukkan empati.
Empati berarti kita peduli pada perasaan anak, bukan membenarkan bohongnya.
11
Tunjukkan empati dengan mendengarkan tanpa menyalahkan, memberikan anggukan atau merespon dengan, “Ooh…” atau “Ahh…”
12
Berempati menunjukkan bahwa kita menerima anak dalam keadaan benar maupun salah.
13
Berempati menunjukkan bahwa, meski pahit, kejujuran yang diungkapkan lebih baik daripada berbohong.
14
Empati memicu anak untuk mengendalikan emosinya, berpikir jernih, dan mencari pemecahan masalah.
15
Hindari ucapan maaf sebagai satu-satunya penyelesaian masalah.
16
Konsekuensi dapat diberikan kepada anak yang berbohong, selama memenuhi syarat konsekuensi yang tepat.
17
Ganti rugi bisa dilakukan anak, bukan untuk mengembalikan keadaan seperti semula, tapi untuk menghargai usahanya memperbaiki keadaan.
18
Untuk anak usia 8 tahun ke atas harus diterapkan konsep ‘mengembalikan kepercayaan’, tidak cukup dengan konsekuensi biasa.
19
Untuk anak usia 8 tahun ke atas harus diterapkan konsep ‘mengembalikan kepercayaan’, tidak cukup dengan konsekuensi biasa.
20
Untuk anak usia 8 tahun ke atas harus diterapkan konsep ‘mengembalikan kepercayaan’, tidak cukup dengan konsekuensi biasa.
21
Konsekuensi terbaik untuk kebohongan adalah adanya tanggungjawab baru dan mampu menjaga kepercayaan.
22
Dalam beberapa situasi, mengakui kebohongan serta melakukan ‘ganti rugi’ sudah cukup dan tidak perlu konsekuensi tambahan.
23
Dengarkan suara hati kita dan dengar pendapat anak apakah konsekuensi yang akan diberikan masih dalam batas kewajaran.