Halo! Setelah beberapa edisi yang silam keluarga yang hadir di halaman ini adalah cerita dari sisi orangtua, kali ini kami ingin menghadirkan cerita dari anak. Angelia Gania yang manis, putri sulung dari Okke Gania dan Lia Meliana, sekarang berusia 22 tahun, sudah selesai kuliah dan bekerja sebagai Vendor Acquisition di Lazada Indonesia. Kakak dari Abbisena Gania ini bercerita tentang bagaimana ia melihat Ayah dan Ibunya yang menjadi role model untuk dirinya kelak. Bonding erat Angel dengan orangtua dan adiknya ini seru sekali, lho. Selamat menyimak lengkapnya!
Hal lucu yang paling diinget dari masa kecil adalah ayah yang dasarnya memang selalu iseng (sampe sekarang), bilang kalau botol kecap yang gede banget di Puncak itu beneran ada isinya dan tiap hari amang bubur antri di situ untuk ambil kecap. Hahahaha. Dan aku percaya hal itu sampe kelas 5 SD!
Rasanya jadi anak paling gede dan punya adik cowok itu bikin aku mandiri, lebih punya rasa bertanggung jawab, dan lebih memotivasi aku. Karena jarak umurku sama Abbi juga lumayan jauh, 5 tahun, jadi aku memang gak deket banget sama dia. Tapi beruntungnya adalah karena kita ada di fase umur yang berbeda, dan aku sudah merasakan fase itu duluan, aku jadi bisa sedikit lebih tau dan paham dengan surprise dari sifatnya yang berbeda di masa remaja ini. Dan dengan itu, aku jadi bisa bantu menenangkan Ibu kalau Ibu mulai khawatir.
Hal paling seru yang dilakukan sama ayah adalah jadi co-driver (yang sebenernya gak berfungsi juga, sih :p). Pas kemarin kita road trip ke Bali. Biasanya Abbi yang duduk di depan kalau kita lagi perjalanan jauh. Ayah itu memang selalu melakukan hal-hal seru dan pengen anak-anaknya ngerasain pengalaman yang berbeda. Seperti camping, off road, dan termasuk waktu itu pernah randomly ayah ngajak ke Lampung. Di hari itu juga kita langsung berangkat karena ayah pengen ngajak kita semua naik kapal feri dan pergi ke pulau Sumatra, bukan cuma Jawa-Bali aja. How lucky we are to have a daddy like him :”)
Hal seru yang pernah dilakukan sama ibu adalah ketika Lebaran kemarin kita untuk pertama kalinya baking semua kue kering khas lebaran sendiri. Biasanya Ibu selalu pesen ke temennya. Tapi kemarin, di saat aku lagi seneng-senengnya baking, dan ayah beliin aku oven, Ibu punya ide gimana kalau kita bikin kue lebaran sendiri. So, kita googling resep yang paling bagus review nya, lalu kita belanja ke Titan (surga nyata buat yang suka baking) dan dalam beberapa hari kita buat kue2 itu. Serunya lagi, ada exciting-nya ketika pembuktian apakah resep itu berhasil atau tidak … hahaha. Alhamdulillah, kastengel, nastar, lidah kucing dan corn flakes berhasil. Insya Allah makin pede tahun ini lebaran juga baking sendiri aja. Hihi.
Pesan ayah yang selalu aku inget adalah kita harus menikmati hidup. Menikmati hidup tapi tetap dengan penuh tanggung jawab. Ayah selalu memberikan aku kebebasan untuk memilih. Ayah juga mengajarkan betapa kepercayaan itu sangat berarti. Dua hal itu yang selalu bikin aku gak pernah ngerasa terkekang dan selalu jujur sama ayah ibu. Pesan Ibu yang selalu aku inget adalah hidup kita harus membawa manfaat untuk orang banyak. Ibu selalu ngajarin aku untuk melakukan hal-hal kecil yang efeknya akan besar untuk orang lain. Hal itu yang buat aku jadi merasa harus lebih perhatian dengan segala hal yang ada di sekitarku.
Kebayang banget kalau suatu hari nanti aku akan jadi orang tua seperti ayah ibu. Dan aku bersyukur aku punya role model yang sangat sangat baik untuk dijadikan contoh. Aku mau mengajarkan dan memperlakukan anak-anakku nanti seperti apa yang ayah ibu ajarkan dan lakukan ke aku. Aku mau anak-anakku bisa merasakan apa yang aku rasakan. Terutama dalam hal merasa dipercaya, karena menurut pengalamanku itu sangat penting.
Ayah itu merah karena ayah berani dan penuh semangat dan tanggung jawab. Ibu itu hijau yang selalu membawa hal-hal menyejukkan hati di keluargaku. Abbi itu biru, suka susah ditebak untuk sekarang, nggak segelap hitam tapi nggak seterang kuning.