The child who read will become the adult who thinks. Kegiatan membaca bersama orangtua sangat direkomendasikan tidak berhenti setelah anak bisa membaca saja, biasanya di usia 5-7 tahun. Namun terus berlanjut dengan variasi bacaan yang lebih beragam dan level yang lebih tinggi. Membaca bukan sekedar merangkai dan membunyikan huruf tapi juga memilah, memilih dan mengkritisi serta memaknai informasi, hal ini adalah keterampilan hidup yang penting.
1. Kapan balita sebaiknya mulai belajar membaca?
Kegiatan membaca sebenarnya dimulai sejak anak lahir. Tak sedikit para ahli menyarankan agar orangtua membacakan koran, buku, brosur atau teks dalam bentuk apa pun yang ada di sekitarnya kepada bayi, hal ini baik untuk perkembangan otak anak dan meningkatkan keeratan hubungan ortu dan anak. Namun tak sedikit orangtua yang mulai justru baru mulai lebih aktif memerhatikan dengan kegiatan membaca ini pada saat anak duduk di bangku sekolah yaitu TK atau SD. Simak penjelasan psikolog Tari Sandjojo tentang bagaimana mempersiapkan anak membaca sejak dini.
2. Mungkinkah ada anak yang tidak suka membaca?
Tidak ada satu pun anak yang terlahir di dunia ini dengan takdir suka membaca atau tidak suka membaca. Ada beberapa hal yang membuat anak tidak suka membaca, salah satunya adalah karena membaca terasa sebagai beban. Apa kunci utama agar anak suka membaca? Simak penjelasannya di slide berikut ini.
3. Apakah sebaiknya orangtua memilihkan bacaan untuk anak?
“Waduh, udah banyak banget buku tentang dinosaurus di rumah, kok masih aja milih yang dinosaurus lagi, ya?” Jangan khawatir, Mama. Terus-menerus membeli buku tentang dinosaurus, tidak akan membuat anak menjadi ahli dinosaurus, melainkan ia akan belajar membandingkan buku dinosaurus mana yang lebih bagus, apakah karena gambarnya, atau ceritanya, oh mungkin penulis yang satu lebih baik dari yang lain. Utamakan kesenangan anak saat memilih bacaan, mengapa demikian, cek lengkapnya di sini.
4. Bagaimana menilai buku anak yang bagus?
Pernahkah Anda melihat sepotong tulisan atau teks dalam sebuah sobekan kertas dan tanpa melihat judul dan cover bukunya, Anda telah mengetahui siapa penulisnya. Hal ini yang dinamakan dengan VOICE, yaitu penulis memiliki kekuatan yang khas. Simak poin-poin lainnya yang dapat dijadikan panduan untuk menilai buku anak (maupun buku dewasa), di sini.
5. Apakah bacaan harus selalu memiliki pesan moral?
Cek lagi teknik berceritanya, apakah perilaku yang menjadi contoh didominasi oleh contoh negatif, berapa halaman contoh negatif dan berapa halaman contoh positif dalam keseluruhan cerita. Apakah hal ini cukup efektif untuk memberikan efek positif pada perilaku anak? Simak penjelasannya di sini.
6. Kenapa membaca keras (read aloud) penting?
Membaca keras penting karena keterampilan kognitif yang diperlukan saat membaca keras berbeda dengan saat membaca biasa. Contoh sehari-hari, seperti halnya membaca kitab suci, tingkat konsentrasi yang diperlukan berbeda ketika membaca keras. Lalu sampai usia berapa membaca keras direkomendasikan?
7. Apa manfaat membaca di masa kecil kaitannya dengan keterampilan hidup saat dewasa.
Konsep authorship penting untuk dipelajari oleh anak, hal ini akan mengenalkan anak pada kemampuan untuk melihat objektivitas sebuah bacaan. Bahwasanya realita dalam bacaan adalah realitas penulisnya. Sebuah objek atau peristiwa yang sama dapat menjadi berbeda ketika ditulis oleh orang yang berbeda. Kemampuan analisa yang kelak dibutuhkan dalam segala bidang kehidupannya bisa bermula dari sini. Keterampilan lainnya dapat disimak dalam penjelasan di sini.