1
Jika mendengar kata ‘pornografi’, pasti insting protektif orangtua langsung muncul.
2
Kekhawatiran muncul ketika anak-anak melihat lalu kepingin mencoba.
3
Sesuai tahap perkembangannya, didasari rasa ingin tahu, sebenarnya, wajar jika anak dan remaja yang melihat lalu ingin mencoba.
4
Remaja misalnya, karena memang sedang pubertas dan dipengaruhi hormon, bisa jadi ingin bereksperimen. Sedangkan untuk anak yang lebih kecil yang tadinya tidak tahu menjadi cari tahu.
5
Ingin mencoba itu satu hal, yang kemudian menjadi persoalan adalah jika muncul adiksi.
6
Di periode ini, pasti banyak pertanyaan yang muncul di benak remaja. Nah, karena bertanya-tanya ke orangtua bukan pilihan, maka mereka jadi cari tahu lewat cara lain.
7
Namun, orangtua sendiri sering menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu sehingga bingung bagaimana mengkomunikasikannya. Jika anak bertanya soal seks, pasti berkeringat dingin.
8
Supaya tenang, lihat pertanyaan anak sebagai ajakan komunikasi, jangan ditepis.
9
Sambut pertanyaan anak. Jika panik mendengar pertanyaannya, ajak anak duduk, lalu tarik napas. Tanya balik ke anak, “Dari mana dengar itu?” atau “Aoa yang kamu sudah tahu?”
10
Kenapa kita perlu tenang? Supaya jawaban kita masuk akal. Kenapa kita perlu bertanya balik dulu? Supaya jawaban kita tidak berlebihan.
11
Sebagian besar anak tidak punya pemikiran sejauh kita. Jika kita panik dan berpikir terlalu jauh, kita akan khawatir dan menjadi sulit memberikan jawaban yang sesuai.
12
Jika menemukan anak sedang melihat materi pornografi, usahakan jangan berteriak atau menjerit. Duduk di sebelahnya dan tanya, “Sedang lihat apa?” Jika anak terlihat gelagapan atau panik berusaha menutupi, katakan bahwa sangat wajar untuk ingin tahu atau berusaha tahu. “Papa/Mama juga dulu ingin tahu. Cerita dong, itu tadi apa dan apa yang kamu ingin tahu. Mungkin Papa/Mama bisa bantu.”