1. Benarkah supaya anak mau disiplin harus dengan cara yang “keras”? Dulu kan kita juga ‘digituin’, lho!
Cara keras disiplin biasanya terkait dengan hukuman. Reaksi anak saat dihukum beragam, tapi riset membuktikan bahwa hal itu nggak efektif mengubah perilaku anak. Hukuman efektif untuk membuat anak merasa bersalah, ingin membangkang, atau menarik diri. Hukuman tidak efektif untuk membuat anak belajar & mandiri.
2. Jadi tidak boleh sama sekali “menghukum” anak, ya? Kalau time-out atau setrap bagaimana? Efektifkah?
Filosofi #DisiplinPositif adalah anak bisa belajar dari kesalahannya, tanpa intervensi yang berlebihan dari orang dewasa. Asumsi dasar #DisiplinPositif adalah anak ingin berbuat baik dan orangtua tidak bisa mengontrol anak lewat hukuman atau hadiah. Time-out bisa efektif kalau dasarnya keinginan anak untuk mengendalikan diri, berpikir tenang, tanpa hukuman & dipermalukan orangtua. Time-out dipaksakan & dikendalikan orangtua, maka sifatnya menghukum. Anak tidak tahu & tidak dapat manfaat belajar. Jadi, tergantung kebutuhan anak.
3. Kenapa dalam #DisiplinPositif orangtua tidak boleh mengontrol anak? Bukankah itu tugas kita sebagai orangtua?
#DisiplinPositif percaya bahwa kontrol eksternal menghilangkan kesempatan anak untuk menumbuhkan motivasi internalnya. Anak yang melakukan sesuatu karena pengin hadiah, takut dihukum, atau selalu diingatkan, tdk perlu berlatih mengendalikan diri karena dilakukan oleh orangtuanya. Tugas orangtua dalam #DisiplinPositif memberi anak kesempatan belajar dari kesalahannya, berpikir bagaimana cara memperbaikinya, bukan mengontrol.
4. Nah, ada yang mencoba sistem kasih bintang/stiker buat anak, apakah itu bisa bikin anak jadi disiplin? Efektifkah?
Bintang/stiker sebagai hadiah juga alat mengontrol = hukuman, walau menyenangkan untuk anak. Ini tidak efektif untuk #DisiplinPositif dalam jangka panjang. Reward efisien mengubah perilaku dalam jangka pendek, tapi anak tidak melatih motivasi internalnya. Perilakunya dilakukan karena hadiah, bukan tanggung jawab.
5. Waduh, kalau reward seperti itu tidak efektif, bagaimana dengan banyak memuji anak? Bisa berhasilkah #DisiplinPositif?
Memuji anak atau memberi hadiah boleh, asalkan spontan. Tujuannya untuk mengekspresikan emosi orangtua, bukan untuk memanipulasi dan mengontrol. Memberi dukungan dan hadiah untuk anak tidak dijanjikan di awal sebagai iming-iming perilaku, tidak menjadi alat tawar agar anak tidak ketergantungan. Yang penting juga adalah dukungan pada anak dilakukan bukan hanya saat ia berhasil/menang, tapi justru saat gagal menunjukkan usaha keras.