Inspirasi Pendidikan Keluarga dari Singapura

«When parents are involved at home, they do better in school. And when parents are involved in school, children go farther in school and the schools they go to are better.» (A New Generation of Evidence: The Family is Critical to Student Achievement. (Henderson & Berla, 1994).
——-
Beberapa waktu lalu Keluarga Kita diundang oleh Direktorat Jenderal Paud & Dikmas Kementerian Pendidikan & Kebudayaan RI untuk melakukan International Benchmarking of Family Education. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk melihat langsung bagaimana Pemerintah Singapura melaksanakan program pendidikan keluarga. Senang sekali dapat bergabung bersama Tim Kemendikbud yaitu Bapak Dirjen Harris Iskandar, Ibu Direktur Paud Ella Yulaelawati, dan para perwakilan praktisi pendidikan keluarga dari berbagai organisasi.
Tiba di Singapura disambut hangat oleh Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia Prof. Ismu dan bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Singapura Dr. Andri Hadi. Pada sesi ini Bapak Dubes bercerita secara singkat dan jelas tentang visi pendidikan keluarga yang saat ini dijalankan oleh Pemerintah Singapura.

3de806fdfde3c157611999c582919fb8

Kondisi Singapura sebagai negara kecil yang berada di ASEAN dikelilingi oleh negara-negara besar membuatnya selalu berada dalam mode survival yaitu selalu siap bertahan dalam kondisi apa pun. Seiring berjalannya waktu secara komunal masyarakat Singapura dikenal memiliki prinsip mengejar 5C yaitu: Cash (uang), Car (mobil), Condominium (Kondominium), Credit Card (Kartu Kredit), Country Club (memliki keanggotaan dalam club elit). Hal ini kemudian menjadi ukuran kesuksesan masyarakat Singapura yang dapat disebut cenderung materialistik.
Namun demikian selain materi, kini nilai-nilai kehidupan seperti penumbuhan karakter, pendidikan holistik, budi pekerti juga menjadi tren dan perhatian utama Pemerintah Singapura. Pelibatan keluarga dalam mencapai misi terwujudnya nilai-nilai kehidupan yang sifatnya non materi menjadi perhatian Ministry of Education dan Ministry of Social and Family Development. Mereka bekerja bersama untuk mewujudkan visi dan misi secara konkret dengan sistem yang dibentuk untuk kesuksesan Singapura melalui pendidikan keluarga berbasis sekolah.
Salah satu informasi yang menghangatkan hati disampaikan oleh Bapak Dubes adalah kini pemerintah Singapura memberika subsidi kepemilikan tempat tinggal bagi keluarga muda yang mau tinggal berdekatan dengan orangtuanya agar dapat menjaga orangtuanya. Hal ini adalah inisiatif dari founder Singapura, Bapak Lee Kuan Yew ketika suatu hari bertemu dengan warga lansia yang tidak memiliki rumah dan harta untuk melanjutkan hidup.
Setelahnya acara adalah makan siang bersama di kantin Kedutaaan RI, dan pada saat ini Prof Ismu menginformasikan bahwa Ministry of Education merilis aplikasi digital untuk pendidikan keluarga dengan nama Parents in Education (PIE).
Kunjungan ke Pre-School SPARKLE TOTS
Kunjungan pertama adalah ke Pre-School Sparkle Tots di Bedok-Reservoir. Pre-School ini dinisiatifan oleh PAP. PAP adalah People’s Action Party yang saat ini sedang berkuasa di Singapura.
IMG_5412
Sparkle Tots telah berdiri sejak tahun 1993 dan direnovasi pada 2013, sekolah ini menyediakan pendidikan anak usia dini untuk warga yang bermukim di wilayah ini. Sparke Tots tepatnya berada di pemukiman gedung bertingkat yang disubsidi oleh pemerintah. Para siswa yang bersekolah di sini mendapatkan fasilitas KIFAS (Kindergarten Finansial Assistance Scheme) yang disediakan oleh ECDA (Early Childhood Development Agency) untuk warga negara Singapura dengan penghasilan di bawah $6000 yang kini serapannya mencapai 31% dari warga negara Singapura.
Misi Sparkle Tots adalah menjadi Pre-School yang berkualitas dengan menyediakan pendidikan dalam lingkungan yang kondusif secara holistik. Norma utama Sparkle Tots adalah Respect, Appreciation dan Perseverance. Untuk mewujudkan misi, visi serta norma ini secara konkret untuk siswa, mereka memadukan kurikulum yang terintegrasi dan holistik serta pedagogi dengan prinsip ITEACH serta assesment dan monitoring yang ideal dengan secara khusus memajukan kelebihan anak dan melakukan improvisasi agar kekurangan anak dapat tereleminasi dengan efektif.
Integrasi dan holistik yang dimaksud memiliki 6 area yaitu:

  1. Social & Emotional Development.
  2. Aesthetics & Creative Expression
  3. Motor Skills Development
  4. Numeracy
  5. Language & Literacy
  6. Discovery of the world.

Serta menciptakan budaya pembangunan karakter seperti: peduli, kebersihan, kepercayaan diri, bekerja sama, antusias, ramah, menghargai, bertanggung jawab dan memiliki disiplin diri.
Pedagogi dalam pelaksanaan teknis meliputi ITEACH, yaitu:
Integrated approached to learning.
Teachers as facilitators of learning
Engaging children in learning through purposeful play
Authentic learning through quality interactions
Children as constructors of knowledge
Holistic development
Aktivitas konkret yang dilakukan adalah: bermain peran dalam setting yang memuat nilai-nilai di atas. Anak belajar karakter dalam setting sebuah supermarket, di mana 6 nilai di atas serta penerapan pedagogi terkandung di dalamnya.
Untuk assesment dan monitoring (sistem penilaian), dengan mekanisme sbb:

  1. Child Portfolio
  2. Developmental Checklist
  3. Observation Report
  4. Child Work Sample
  5. Summary Report.

Cara penilaian dikustomisasi untuk tiap anak, sehingga tiap anak dapat terlihat kelebihan dan kekurangannya serta potensi yang dapat fokus untuk dibangun. Semua sistem penilaian ini dikomunikasikan kepada orangtua melalui mekanisme Parent-Teachers Meeting yang dilakukan tiap term (per 3 bulan).
Kontribusi orangtua serta keterlibatannya dalam pendidikan anak dalam hal ini sekolah terbukti membuat anak berprestasi lebih baik di sekolah.
Beberapa hal menarik di sekolah ini juga adalah fasilitas sekolah, terutama untuk menjamin keamanan siswa di usia dini, maka toilet berada di dalam kelas, juga untuk mendukung proses belajar mandiri untuk buang air kecil dan besar (tanpa popok). Setting arrangement siswa juga dibuat sesuai kebutuhan belajarnya, ada sudut-sudut tertentu untuk membaca bersama guru, ada sudut berhitung, ada juga sudut untuk bermain bebas.
IMG_5410
Sparkle Tots menjalankan kurikulum yang disediakan Pemerintah Singapura melalui ECDA dan ada mekanisme terstruktur yang membuat sekolah ini ingin memenuhi standar ECDA yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksaan secara teknis detil dalam frame work pendidikan mencakup cara guru untuk bermain dengan anak (tersedia dalam buku yang diperlihatkan di meja presentasi). Sekolah diberikan kebebasan untuk mengembangkan sendiri metode pengajarannya selama tidak melanggar panduan pemerintah dan hal ini dimonitor tiap 3 tahun sekali.
Sparkle Tots juga melakukan usaha khusus untuk melibatkan orangtua untuk peduli dalam pendidikan anak antara lain dengan mengadakan acara Mothers Day dengan khusus mengundang Bapak dan Anak untuk berkegiatan di sekolah, parent workhsop untuk edukasi pendidikan keluarga, serta acara lain yang mengeratkan (bonding) hubungan anak-orangtua dan sekolah.
Banyak tantangan yang dialami oleh sekolah untuk mewujudkan hubungan yang erat ini terutama karena banyak orangtua bekerja dan tidak memiliki waktu untuk ke sekolah, namun dengan tips utama yaitu: membangun kepercayaan ortu dan kegiatan informal yang mengeratkan hubungan, secara perlahan orangtua semakin aktif untuk berkontribusi.
Atmosfir pre-school ini sangat postiif dan sekaliagus mengingatkan pada sekolah anak saya di Sekolah Cikal yang menerapkan sistem yang sama dari sisi prinsip pengajaran (holistik dan integrated), maupun pedagogi (melalui bermain yang bertujuan) serta assesment dan monitoring (rapot dibuat khusus per anak secara deskriptif dan terlihat apakah ekspektasi pendidikannya tercapai serta portfolio dibagikan tiap 3 bulan dan diakses online).
Saya pribadi sangat merasakan manfaatnya. Bukan soal gengsi atau seperti banyak komentar orang bahwa sekolah dengan sistem integrated hanya karena sedang tren saja, melainkan karena diterapkan dengan terstruktur dan sistematis, sangat terasa bahwa tujuan sekolah yang utama adalah: memenuhi kebutuhan pendidikan anak.
Saya pun kemudian melihat anak saya dari sudut pandang kelebihannya buka kekurangannya secara konkret bukan sekedar jargon-jargon deskriptif. Hal ini membuat kami sekeluarga semakin ingin mendukung anak saya untuk berkembang sesuai potensinya dan jelas area mana dari anak saya yang harus lebih diperhatikan.
Kunjungan ke LOYANG Primary School (LPS)
Dari Sparkle Tots, rombongan menuju ke Loyang Primary School yang terletak di daerah Pasir Ris. Sekolah ini didirikan pada 1991, memiliki siswa 700 orang dan mengoperasikan dalam single session (masuk pagi semua). Visi sekolah ini adalah menciptakan pembelajar yang aktif dan pemimpin yang peduli.
IMG_5422
Misi LPS adalah mengembangkan potensi siswa dan menumbuhkan kepercayaan akan potensi diri, sesuai dengan motonya yaitu: The Best in Me, LPS memiliki norma-norma: Self-Worth, Integrity dan Responsibility. Dengan filosofi bahwa setiap siswa adalah penting, serta berharga sesuai potensi masing-masing.
LPS memiliki 4 tujuan yang ingin dicapai yaitu:
Engaging environment, Enriched Learning
Students of Character
Quality School Team
Organisational Excellence
Untuk mencapai tujuan tersebut diterapkan dengan 4 V:
1. Visibility: Bangunan sekolah, area belajar, tata letak sekolah yang kondusif untuk belajar.
2. Vibrancy: Merayakan keberagaman dengan acara-cara budaya, merayakan kekompakan melalui acara-acara rutin, serta merayakan keberhasilan dengan membuat pameran dan publikasi melalui media sekolah.
3. Vitality – Holistic Development: Anak dilihat sesuai kelebihan dan potensinya serta kurikulum tangible yang menyeluruh serta kurikulum intangible seperti hidup sehat, pembangunan karakter, peduli pada negara, penggunaan teknologi dalam pendidikan, dll
4. Viability: Hubungan yang erat dengan komunitas sekitar sekolah, orangtua siswa melalui PSG (Parents Support Group) serta bekerja sama dengan Ministry of Education.
IMG_5418
LPS memercayai pentingnya hubungan guru, siswa dan orangtua. Dan salah satu kunci keberhasilannya adalah karena dimulai sejak anak usia dini. Start right with the parents, Start them young.
Dengan format kerelawanan, langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Communication: melalui website dan media sosial.
2. Connections: melalui keberadaan parents support group
3. Engagement: pengaturan flow informasi yang menarik mendukung tingkat keterlibatan orangtua
4. Partnership: melaksanakan event sekolah dengan penyelenggaraan bersama para orangtua yang memang diadakan dalam rangka merekatkan hubungan orangtua dan sekolah.
5. Collaboration: orangtua terlibat dalam program-program sekolah seperti membaca, bertaman, dan pemeliharaan lingkungan.
Hal menarik yang dikemukakan Mdm Pang sebagai kepala sekolah adalah bahwa keberhasilan hubungan sekolah dan ortu karena dilandasi oleh adanya kepercayaan dan saling pengertian.
Sekolah perlu menunjukkan ketulusan kepada orangtua bahwa mereka benar-benar peduli dengan kemajuan anak. Di masa awal sekolah membangun hubungan dengan orangtua tentunya sangat menantang dan tingkat keikutsertaan rendah. Tapi setelah tercapai kepercayaan itu, orangtua kemudian mau terlibat dan semua tertuju pada satu arah: kemajuan anak.
Program lain yang utama adalah Parents in Education (PIE), program ini yang menaungi keberadaan Parents Support Group. Tujuan program ini yaitu:
1. Orangtua dan sekolah memiliki visi dan filosofi yang sama dalam pendidikan anak.
2. Membentuk lingkungan belajar yang kondusif.
3. Mempromosikan pentingnya komitmen keterlibatan orangtua
4. Mempromosikan komunikasi yang terbuka
5. Mempromosikan manfaat keaktifan orangtua.
Hasil yang diharapkan dari program ini adalah:
1. Komunikasi lancar dan hubungan yang erat
2. Belajar dan tumbuh bersama
3. Semangat kerelawanan
Riset menunjukkan anak memiliki prestasi yang lebih baik jika orangtuanya terlibat dalam program-program yang diadakan sekolah.
Parents in Education ini memiliki struktur organisasi yang cukup baik dan komunikasi dilakukan dengan channel digital yang ada: email, whatsapp, pertemuan singkat, sarapan bersama, dll.
Pemerintah memberikan dana sebesar $2500 per tahun untuk kegiatan PIE, dana digunakan untuk kegiatan sekolah dan orangtua.
Volunteers do not necessarily have the time, they have the HEART.
Saya sepenuhnya setuju dengan pola hubungan orangtua dan guru yang diterapkan Loyang Primary School semata karena saya sudah merasakannya di sekolah anak saya sekarang.
Guru kelas sekolah anak saya mengirim surat kepada orangtua di 2-3 hari sebelum hari sekolah mulai di tahun ajaran baru. Melalui surat personal ini, guru memperkenalkan dirinya, menunjukkan kepeduliannya dan mengajak orangtua untuk terlibat dalam 1 tahun ke depan masa belajar anak di tingkat tsb. Melalui surat ini saya merasa percaya dengan kepedulian sekolah yang sungguh-sungguh pada kemajuan pendidikan anak saya.
Selain itu, sebelum anak masuk sekolah ada program orientasi untuk orangtua. Orangtua diundang ke sekolah untuk melihat-lihat sekolah, memahami aturannya sambil mencicipi makanan ringan santai ala Indonesia dan beramah tamah.
Setelah masa sekolah berjalan, program-program lanjutan berjalan: sarapan bersama 3 bulan sekali, tidak mewah tapi hangat. Sesi workshop orangtua dengan narasumber dari pihak sekolah untuk meningkatkan kapabilitas orangtua dalam membantu belajar anak.
Orangtua di sekolah anak saya juga diwajibkan bergabung dengan 3 kelompok kegiatan relawan:

  1. Kegiatan relawan yang mengorganisir workshop parenting
  2. Kegiatan relawan yang mengorganisir makanan sehat untuk semua anak dengan berjanjian membawa buah/sayur tertentu di hari tertentu
  3. Kegiatan relawan untuk membantu penduduk di sekitar sekolah.

Sekolah anak saya saat pagi dipakai untuk kegiatan belajar-mengajar siswa dan saat siang-sore dipakai untuk kegiatan belajar dengan penduduk setempat. Saya merasakan banyak manfaat dari seluruh kegiatan yang diinisiasi oleh sekolah.
Pertemuan dengan Ministry of Education (MoE) dan Ministry of Social and Family Development (MSF)
Penyelenggaraan pendidikan pre-school dan tingkat selanjutnya dimotori oleh Ministry of Education (MoE) yang bekerja erat dengan Eearly Childhood Development Agency (ECDA). Langkah ini dijalankan guna mencapai visi pendidikan yang telah ditetapkan dan konkretnya mereka membuat sekolah percontohan yang dikelola pemerintah untuk menjadi pilot project penerapan kurikulum dan sistem baru.
3 isu utama yang ingin diatasi adalah:

  1. Kualitas
  2. Terjangkau
  3. Dapat diakses semua lapisan

Pendirian MoE Kindergaten diharapkan akan mewujudkan standar baru dalam pengelolaan pre-school di Singapura dalam hal ini menggunakan Singapore Pre-School Accreditation Framework.
Saat ini penyelenggaraan pendidikan usia dini untuk level Child Care didominasi oleh swasta dan penyelenggaraan pendidikan untuk level Kindergarten adalah oleh Anchor Operator atau swasta/komunitas yang bekerja sama dengan pemerintah dan mendapatkan subsidi.
MSF juga mempelopori kampanye yang dinamakan Triple P yaitu Positive Parenting Program, sebagai bentuk kampanye nyata pembentukan karakter yang diharapkan terjadi di rumah yang pada akhirnya akan mendukung keberhasilan anak di sekolah. Prinsip-prinsip Positive Parenting yaitu:

  1. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk anak agar anak bisa terus terstimulus secara positif, karena masalah berawal dari anak yang bosan dan tidak tertangani dengan baik.
  2. Ciptakan lingkungan belajar yang positif. Jika anak datang pada kita dengan sebuah pertanyaan, sambut dan jawab dengan baik, hargai rasa ingin tahunya, beri perhatian penuh dan hindari mengabaikan.
  3. Gunakan teknik pendisiplinan yang asertif. Tentukan bersama peraturan yang disepakati, tentukan batas dan konsekuensi. Hargai keberhasilan anak dan dorong anak untuk berperilaku baik sesuai harapan bersama.
  4. Harapan harus realistis. Tidak ada anak yang sempurna, begitu pun juga orangtua yang sempurna. Hindari berharap terlalu tinggi pada anak yang kemudian membuat respon kita pada anak menjadi berlebihan di luar batas kemampuan anak. Kita pun sebagai orangtua banyak melakukan kesalahan.
  5. Urus diri kita sebagai orangtua dengan baik. Kelelahan adalah sumber dari masalah saat kita berinteraksi dengan anak. Pastikan kita memiliki waktu yang seimbang antara mengasuh anak, beristirahat dan waktu untuk diri sendiri.

392afc5654936d7671acc85de5c5203d

MoE dan MSF juga bekerja erat untuk meningkatkan keterlibatan orangtua dalam pendidkan anak melalui serangkaian program yang dibuat terstruktur dan sistematis dari sisi target dan petunjuk pelaksanaan namun cair dalam implemetasinya, dalam artian sekolah dibebaskan untuk berkreativitas.
Mereka membuat program seperti Parents Support Group Festival untuk menunjukkan betapa «keren dan bermanfaat» apabila orangtua mengambil bagian dalam pendidikan anak.
Prinsip dasarnya adalah TRUST dengan kepanjangan sbb:
Trust is the foundation: bangun kapabilitas sekolah untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan orangtua.
Remember the child: tunjukkan kepedulian pada anak yang tulus dari pihak sekolah untuk membangun hubungan dengan orangtua
Understand our shared responsibilities: bangun kesamaan visi bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama dan sediakan kegiatan yang dapat melibatkan orangtua
Seek common ground: temukan kesamaan norma dan nilai-nilai yang dijunjung dengan tetap menghormati pendapat masing-masing.
Together we work towards common goals: bentuk hubungan orangtua yang terstruktur dan memungkinkan adanya komunikasi yang intensif dan hargai keterlibatan orangtua.
Ministry of Education memiliki beberapa platform untuk terkoneksi dengan publik dalam hal ini yaitu sekolah dan orangtua, antara lain:
1. COMPASS: Community and Parents in Support of Schools
Organisasi ini terdiri dari banyak pihak: pemerintah, sekolah, komunitas Parents Support Group, relawan, NGO, komunitas, dan organisasi yang fokusdnya pada gerakan pendidikan dan keluarga. Peran organisasi ini adalah untuk memberikan masukan kepada pemerintah atas berbagai kebijakan dan mempromosikan pada publik akan pentingnya keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dalam hal ini aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah.
Kegiatan yang dilakukan COMPASS antara lain: Konferensi COMPASS-PSG, Mentoring dan Networking
2. Parents Support Group
Berfungsi sebagai jembatan MoE-sekolah-orangtua, mempercepat tercapainya keberhasilan misi keterlibatan orangtua di sekolah dan menjadi channel yang aktif untuk menyampaikan informasi kepada orangtua.
3. Parents in Education (PiE) Website
Website yang menyediakan update info untuk para edukator dan juga PSG.
4. Artikel di schoolbag.sg website
Menyediakan konten untuk bahas diskusi, workshop serta mengupdate berbagai info terbaru seputar kebijakan MoE, info persekolahan dan media interaksi.
5. MoE’s Social Media Platforms
Sebagai channel untuk berinteraksi langsung di channel yang nyaman untuk para users dalam hal ini orangtua dan sekolah. MoE memiliki akun Youtube, Twitter dan Facebook.
Saat ini MoE memiliki dua website sebagai platform komunikasi yaitu: Schoolbag.sg dan http://parents-in-education.moe.gov.sg — keduanya memberikan banyak informasi seputar Parenting Tips. Pada website Parents in Education isinya lebih dominan seputar artikel dan kegiatan yang mendukung kegiatan Parents Support Group. Keberadaan website ini efektif untuk menjadi channel komunikasi sehingga semua Parents Support Group di sekolah mana pun memiliki sumber memperoleh konten untuk dikembangkan di grup masing-masing. Website ini juga efektif sebagai media mitigasi, yaitu channel yang bisa dimanfaatkan apabila ada situasi darurat atau media untuk mengklarifikasi suatu isu.
Terkait Triple P, keluargakita.com setuju dengan prinsip ini, dalam pandangan parenting yang sering kami kampanyekan adalah disiplin positif di mana penerapan reward dan punishment dalam pendisiplinan anak tidak efektif untuk mengubah perilaku anak secara jangka panjang. Positive parenting, meski baru terlihat hasilnya setelah diterapkan intensif bertahun-tahun, namun menurut hasil riset yang dilakukan oleh Parent and Family Support Program di Universitas Queensland telah membuktikan bahwa praktek positif parenting ini efektif untuk diterapkan dalam mencapai tujuan perilaku baik anak.
Kunjungan ke Science Museum
Di hari terakhir kunjungan ke Singapura, bersama rombongan mengunjungi Science Museum dengan highlight section Where Science Meets Art. Di tempat ini secara nyata kita melihat kecanggihan ilmu sains digabungkan dengan keindahan seni, di mana pengunjung dapat belajar dan menangkap hasil sains dengan cara yang menyenangkan.
IMG_5458
Setelah berkunjung ke Science Museum, rombongan bersiap untuk kembali ke Jakarta dengan segudang informasi dan ilmu yang bisa diterapkan di tanah air. Terima kasih Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, semoga maju terus pendidikan keluarga di Indonesia, maju terus keluarga Indonesia 🙂
— @yuliaindriati | content manager keluargakita.com
 

Leave a Reply