“1 dari 5 orang tua mengatakan bahwa anggota keluarga mereka dihubungi oleh seseorang yang mereka tidak kenal melalui media internet dan handphone”.
“One of the reasons I enjoy playing video games online, is that I can interact with people from all over the world and make friends”.
“Ini membantuku mengerjakan tugas dan PR sekolah, ngobrol dengan teman dan banyak lagi”.
“I honestly couldn’t live without it”.
Dunia digital tidak memiliki batas. Kemudahan dalam mengakses dan mengeksplorasi informasi menjadi kesenangan dan tantangan tersendiri bagi anak. Dalam menggunakan internet, kedudukan anak sebagai penerima informasi, partisipan dan pelaku memiliki resiko sendiri.
Resiko anak sebagai penerima informasi yaitu menerima konten kekerasan, menanamkan kebencian, pornografi dan rasisme.
Resiko anak sebagai partisipan yaitu dijadikannya data dan info pribadi yang anak unggah ke sosial media sebagai bahan untuk dibully, dilecehkan dan diawasi oleh orang lain.
Resiko anak sebagai aktor atau pelaku yaitu melakukan illegal downloading, hacking, judi, jual beli narkoba, terorisme,bullying atau melecehkan orang lain.
Besarnya resiko yang anak hadapi dalam dunia digital memaksa orang tua untuk segera menyadari dan mewaspadai bahwa:
a. Anak berada di dunia yang sebenarnya tidak sesuai untuk usianya
Dengan mudah anak dapat membuka, membaca dan mendengar banyak informasi yang tidak tersaring. Tidak terhitung website berisi konten ilegal yang hanya ditujukan untuk orang dewasa saja.
b. Tidak adanya batasan mengenai nilai-nilai
Secara tidak sengaja anak dapat mengakses konten yang tidak sesuai untuknya; misalnya mendapat paparan konten pornografi dan foto kekerasan seksual, bunuh diri, bulimia dan sebagainya.
c. Timbulnya perilaku adiksi terhadap games online
Sedikitnya kesempatan main diluar dan tersedianya fasilitas internet dan gadget dengan waktu yang tak terbatas, menjadikan permainan online yang dapat diunduh gratis membuat anak ketagihan.
d. Sosialisasi yang tidak terbatas
Anak dapat menjalin hubungan dengan siapa pun yang mereka belum pernah temui sebelumnya di sosial media atau permainan online. Model pertemanan seperti ini berbahaya karena mereka tidak mengetahui mana teman dan mana yang bukan.
e. Teknik grooming yaitu ketika seseorang berusaha membangun koneksi secara emosional dan memupuk rasa percaya anak kepada dirinya untuk tujuan kekerasan atau pelecehan seksual.
f. Melakukan sexting yaitu mengirim dan menerima video, pesan dan rekaman suara seksual secara spesifik yang dilakukan melalui media handphone.