Mengenalkan Bahasa Kedua ke Anak

Berkomunikasi artinya mengajarkan bahasa.  Bahasa pertama kali yang kita ajarkan, namanya bahasa ibu.
Jaman sekarang, paparan murni satu bahasa saja hampir tidak ada dalam suatu budaya.  Anak tidak hanya diperkenalkan dengan satu bahasa, namun juga dengan dua bahasa (bilingual) atau lebih. Secara teori, anak dikenalkan bahasa selain bahasa ibu tentunya setelah bahasa ibu dikuasai dengan baik, yaitu pada usia 2-3 tahun. Pengenalan dan penggunaan bahasa harus utuh berdasarkan pengalaman berbicara dan struktur bahasa yang benar.  Anak menyerap banyak perbendaharaan kata lewat semua yang didengarnya.  Penggunaan dua bahasa atau lebih sebaiknya memang tidak dicampur-campur dan konsisten dalam penerapannya.
Kalau pun orang tua tetap berbahasa ibu, eksposur ke bahasa kedua (misalnya bahasa inggris) dapat dipelajari lewat lagu, film, atau buku.  Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena nanti anak akan belajar melihat respon orang lain atas penggunaan dua bahasa tersebut.  Misalnya, ketika anak berkomunikasi dengan pengasuh, ia hanya bisa menggunakan bahasa ibu, karena pengasuh tidak berespon positif terhadap bahasa kedua. Walaupun butuh waktu, nantinya anak-anak bisa memetakan penggunaan kedua bahasa dengan tepat dan tidak akan salah pemakaiannya.
Hal lain yang dapat terjadi misalnya,  anak Indonesia yang dikeluarganya menggunakan bahasa Indonesia, bisa saja malah nyaman menggunakan bahasa kedua.  Hal ini tergantung dari seberapa banyak interaksi dan penggunaan bahasa kedua tersebut dibandingkan dengan yang lain.
Kemampuan berbahasa bersifat menetap.  Yang pernah ada akan lebih mudah didapat kembali saat terpapar lagi. Hal ini dikarenakan sebenarnya kemampuan  berbahasa anak tidak hilang, hanya tidak terpakai. Belajar bahasa memang sebaiknya sering digunakan.
Terdapat beberapa tahapan mengenalkan bahasa ke anak:
a.     Bahasa awal adalah dengan ibu sejak di kandungan.
b.     Anak mulai mendengarkan suara ibu saat di kandungan, baik saat ibu sengaja berbicara atau saat ibu berkomunikasi dengan orang lain.
c.      Suara ibu saat berbisik dan bernyanyi menjadi ‘bahan dasar’ anak untuk mempelajari bahasa.
Ketika lahir, suara ibu adalah suara pertama yang sudah dikenalnya.  Hal ini membantu anak untuk beradaptasi dengan dunia barunya setelah sekian lama di dalam kandungan.  Ibu perlu banyak ‘ngobrol’ sama anak.  Salah satunya adalah dengan cara mendongeng. Mendongeng adalah alat terkuat untuk membantu mengenalkan bahasa pada anak. Walaupun belum bisa membalas dengan bicara, anak sangat menikmati suara ibu dan orang-orang sekitar.
d.     Anak belajar bahasa ibu dengan menyerap suara, kata, aksen, dan ungkapan yang paling sering didengarnya
e.      Setelah itu, anak belajar untuk menggunakan kata, aksen, ungkapan tersebut dan melihat respon orang lain terhadap ekspresi bahasanya tersebut.
 

Leave a Reply