3 Salah Kaprah Seputar Kemampuan Bicara dan Berbahasa

Anak belajar berkomunikasi dan menyerap kosa kata dengan cara mendengar dunia di sekitarnya.  Dan untuk membantu memperlancar perkembangan bahasa anak, orangtua berusaha menyediakan segala fasilitas, seperti mainan-mainan elektronik, buku-buku alfabet sampai peyediaan gadget. Namun orangtua perlu menyadari, bahwa sesungguhnya merekalah “alat” terbaik yang membantu menstimulasi bicara dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak.
Berikut ini salah kaprah seputar kemampuan bicara dan berbahasa yang perlu kita pahami bersama.
Salah kaprah 1: Bayi tidak perlu banyak diajak bicara karena belum mengerti kata-kata.
Pendapat Keluarga Kita: Proses belajar bicara dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.  Ketika ibu bicara, bayi akan mendengar.  Bayi akan mengeluarkan suara-suara yang belum bisa dipahami karena bereaksi terhadap ibunya.  Pada usia 2 tahun, anak yang sering diajak bicara sejak bayi secara konsisten akan memiliki kosa kata yang lebih banyak, dibandingkan bayi yang tidak diajak bicara.
Salah kaprah 2: TV/gadget dapat dijadikan alat untuk menstimulus kemampuan bicara anak, karena TV kan banyak mengeluarkan suara dan percakapan.
Pendapat Keluarga Kita: Penelitian membuktikan bahwa TV maupun mainan elektronik tidak banyak membantu dalam proses belajar bicara anak.  Anak dapat terstimulasi bicara karena adanya interaksi dengan orang tua. Sementara ketika anak menonton TV dan memegang mainan, keterlibatan orang tua lebih sedikit atau bahkan tidak ada.
Salah Kaprah 3: Orangtua tidak perlu khawatir saat anaknya belum bicara banyak, nanti juga keluar sendiri kata-katanya.
Pendapat Keluarga Kita: Anak akan lebih cepat bicara dan memiliki kosa kata yang banyak apabila terstimulasi dengan baik.  Selain mengajak sering bicara, orang tua juga dapat membacakan buku dan bermain dengan anak.
 

Leave a Reply