5 Masalah yang Sering Dihadapi Remaja

Menempatkan diri pada posisi anak remaja akan membuat orangtua lebih memahami apa yang sering membuat anak galau dan “baper” atau bawa perasaan.  Di bawah ini adalah 5 masalah yang sering dihadapi remaja:
1.      Teman vs keluarga
Teman adalah aku.  Aku adalah mereka.  Kebutuhan anak untuk dianggap dan menjadi bagian dari grup pertemanan merupakan hal penting.   Anak tidak lagi berusaha untuk mencari dan menyenangkan orangtua, namun bagaimana caranya agar ia diterima temannya.  Pahami bahwa sedikit berkurangnya interaksi bukan berarti kurangnya rasa cinta anak pada orangtua.
2.     Apakah aku sudah cukup dewasa?
Remaja butuh untuk merasa “dianggap” dan dipercaya pada setiap keputusan yang mereka ambil.  Kekhawatiran orangtua akan “kecerobohan” anak berperilaku sebenarnya cukup beralasan.  Saat ini, sikap mengambil resiko memberikan tantangan dan  perasaan menyenangkan pada anak.  Orangtua harus menyadari bahwa anak remaja berusaha “membebaskan” diri mereka dari usia kanak-kanak. Bagi mereka melanggar aturan atau melakukan sesuatu yang menyerempet bahaya itu keren!
3.      Bagaimana menunjukkan aku spesial?
Persepsi orang lain akan imej diri anak menjadi sangat penting saat ini.  Segala usaha dilakukan untuk menciptakan imej diri yang berbeda.  Kepercayaan diri anak akan terbangun ketika teman dan orang lain melihatnya sebagai sosok yang unik dan keren.  Untuk membantu anak membentuk imej dirinya dengan baik, sebaiknya orangtua sering bertanya dan menunjukkan perhatian.
4.      Siapa yang membuat aturan?
Aturan dan larangan yang diterapkan tanpa melalui diskusi sebelumnya akan membuat anak merasa diperlakukan tidak adil dan tidak dipahami.  Anak membutuhkan penjelasan dan alasan rasional dibalik tiap aturan.  Jangan merasa anak sengaja membuat kita kesal atau tersinggung. Perilaku mereka seringkali didasari atas ketidaktahuan.
5.       Aku bisa diandalkan karena apa?
Kebutuhan anak untuk dipercaya dapat dipenuhi dengan memberikannya tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya. Sediakan waktu untuk berbicara dan berdiskusi dengan anak akan usaha, resiko dan hasil yang dicapainya. Orangtua juga harus mau berkompromi.

Leave a Reply