“Kenapa sih kamu sensitif banget? Ditegur sedikit langsung tersinggung!”
“Heran deh anakku itu susah sekali berteman. Maunya main sama teman yang itu lagi…itu lagi!”
“Ya ampuuun kamu bisa gak sih duduk dan fokus ngerjain PR-mu?”
Tak jarang orang tua bingung ketika menghadapi perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan mereka seperti diatas. Dengan mudah orang tua kerap menyalahkan anak atau bahkan diri mereka sendiri atas kondisi yang tidak ideal.
Sebenarnya anakku kenapa sih? Apa yang salah dengan cara medidikku?
Tidak ada yang salah dengan anak dan diri kita. Kita semua terlahir sebagai seorang individu dengan temperamen bawaan masing-masing. Temperamen tidak dapat diubah, namun intensitasnya dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan pola pengasuhan orang tua.
Sebelum mengenal temperamen anak, orang tua hendaknya mengenal temperamen dirinya dulu. Dengan mengenali kebutuhan diri, orang tua akan lebih mudah memahami dan memberi dukungan yang tepat pada anak.
Yuk kita pahami temperamen diri dengan mengenal 9 sifat temperamen (Thomas et al, 1970):
1. Aktivitas yaitu jumlah tenaga yang dikeluarkan oleh tubuh
Contohnya apakah kita relatif banyak bergerak dan gelisah, sulit duduk tenang atau cenderung duduk diam?
2. Distraksi yaitu bagaimana seseorang dengan mudahnya dapat teralihkan dengan stimulus yang muncul tiba-tiba. Contoh apakah kita susah konsentrasi dan sulit fokus pada suatu hal atau tidak mudah terganggu oleh suara atau gerakan?
3. Intensitas atau respon emosi yaitu bagaimana seseorang bereaksi, termasuk menunjukkan suasana hati pada situasi yang positif dan negatif. Contoh apakah kita suka memendam reaksi emosional atau emosi mudah berubah dan naik turun?
4. Keteraturan yaitu ketepatan menjalankan rutinitas sehari-hari misalnya waktu bangun dan tidur, makan dan mandi. Contohnya apakah pola makan, tidur dan rutinitas lain kita relatif sama atau sering berubah?
5. Ambang sensori yaitu batas toleransi seseorang oleh stimulus suara, temperature, tekstur dan rasa. Contohnya apakah kita mudah tidur di mana saja atau relatif susah tidur dalam situasi tertentu?
6. Pendekatan atau penolakan yaitu bagaimana reaksi seseorang terhadap situasi baru. Contohnya apakah kita senang bertemu dengan orang baru atau tidak menyukai perkenalan baru?
7. Adaptif yaitu bagaimana seseorang dengan cepat atau lambat beradaptasi terhadap perubahan atau berhadapan dengan respon negatif. Contohnya apakah kita mudah menerima kegiatan baru atau cenderung sulit?
8. Ketekunan yaitu seberapa lama orang dapat bertahan menghadapi situasi sulit tanpa menyerah. Contohnya apakah kita mudah beralih ke aktivitas lain ketika menghadapi hambatan atau tetap fokus menyelesaikan?
9. Suasana hati yaitu bagaimana seseorang menunjukkan kondisi hatinya yang positif dan negatif. Contoh apakah kita bersikap kaku atau selalu ceria dalam berbagai kesempatan?
Semua sifat temperamen di atas ada pada setiap manusia. Hanya saja “kadar”nya berbeda-beda. Ada yang level aktivitasnya tinggi, ada yang mudah terdistraksi, ada yang respon emosinya positif, ada yang tingkat ketekunannya kurang dan sebagainya. Bukan tentang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Yang penting adalah bagaimana kita menyadari temperamen diri, bagaimana mengarahkannya dan bereaksi tepat atas temperamen itu.