Seperti sedang berada dalam perjalanan menuju lokasi yang belum pernah kita kunjungi, melewati rute yang baru, kita tidak tahu ada apa di “depan” sana dan belum tahu harus berbuat apa. Begitulah rasanya saat awal menjadi orangtua.
Sejak anak baru lahir hingga hari ini, sekian belas tahun kemudian, selalu ada temuan-temuan baru seiring tahun berjalan. Bukan saja pada diri anak, tapi tumbuh dan berkembang juga terjadi pada diri kita.
Di setiap tahapnya, meski belum berpengalaman, kita bisa menyiapkan diri seperti halnya traveling. Membaca rute, mendengar pengalaman orangtua lain yang sudah pernah melalui rute tersebut, membuat daftar apa yang harus disiapkan, mengantisipasi masalah, dan lain-lain.
Tidak kalah penting juga adalah bagaimana kita “memantapkan” diri sebelum menempuh perjalanan. Pertanyaan-pertanyaan “besar” seperti apa tujuan pengasuhan kita, bagaimana kita melihat tantangan, siapkah saat kita merasa “tersesat”, dan bagaimana menata ekspektasi, adalah hal-hal yang penting untuk hadir dalam percakapan dengan pasangan.
Menjadi orangtua adalah salah satu pengalaman paling emosional.
Campur aduk dirasakan bahkan sebelum anak terlahir ke dunia. Senang dan takut, bahagia dan khawatir, bingung dan jatuh cinta adalah sebagian dari rasa yang muncul bergantian dalam perjalanannya.
Belum hilang dari ingatan kegalauan yang dirasakan setiap menanti kelahiran anak. Sejuta pertanyaan pada diri sendiri berseliweran: Apakah saya sanggup menjalaninya? Apakah saya akan tetap bisa jadi diri sendiri? Apakah bentuk tubuh saya akan berubah? Bisakah saya tetap jadi pasangan yang baik? Akankah cita-cita lainnya harus saya kubur dalam-dalam?
Menjalani multiperan sebagai orangtua, pasangan, anak, teman, karyawan, pemilik usaha, aktivis komunitas, dan lain-lain adalah keniscayaan. Tentunya semua jalan yang kita pilih dan tempuh, sepaket dengan konsekuensinya. Kegalauan dan sejuta pertimbangan bukan hal yang buruk, juga bukan tanda kita tidak akan pernah siap, tapi sesungguhnya karena kita sedang menyiapkan diri dengan lebih baik.
Salah satu pelajaran terbesar menjadi orangtua adalah, ternyata, kita akan belajar banyak dari anak. Pengalaman dan refleksi seperti ini tidak sedikit diungkapkan oleh orangtua.
Sejak kelahirannya, anak mewarnai dunia kita dengan caranya sendiri. Children bring out the best and the worst in a parent. Dan, dari dinamika ini, kita belajar hal baru, yaitu menerima, meningkatkan kapasitas, dan memperbaiki diri.
Semua orangtua mencintai anaknya bahkan sejak sebelum kehadirannya di pangkuan. Cinta yang besar membuat kita rela mencari cara sepanjang perjalanan ini, tanpa syarat apa pun, sambil terus meletakkan harapan yang tinggi. Keseluruhan proses ini serta penerimaan diri sebagai orangtua yang tidak sempurna adalah perwujudan nyata “mencintai dengan lebih baik” sebagaimana prinsip utama pengasuhan yang kami yakini di Keluarga Kita.
Semoga Siap-Siap Jadi Orangtua bisa jadi teman seperjalanan yang asik dan bermanfaat untuk para orangtua Indonesia. Semua upaya tentunya berangkat dari kesadaran bahwa setiap peran adalah kesempatan untuk berkontribusi, yang dijalankan dari lingkungan terkecil, yaitu rumah. Harapannya adalah apa yang kita lakukan di rumah, bisa membawa manfaat yang lebih besar pada dunia di sekitar kita dan menjadikan hidup kita semakin bermakna.
Sebagian dari kita masih menunggu dan berproses untuk mendapat kesempatan menempuh perjalanan ini. Sebagian lainnya, tinggal menunggu waktu karena kehadiran yang dinanti sudah di depan mata. Apa pun yang sedang kita lalui, salah satu makna terdalam menjadi orangtua adalah menguatkan hubungan dengan Sang Pencipta. Kesempatan untuk terus berusaha sekaligus berserah atas ketetapan-Nya adalah salah satu keajaiban kehidupan.
Terakhir, yang jangan sampai kita lewatkan dalam setiap perjalanan, adalah menikmatinya. Untuk semua yang memilih peran sebagai orangtua:
Let’s enjoy the ride!
Yulia Indriati